Tobat riba adalah tobat dari kebodohan

 Kebodohan apa yang menyebabkan kita kena riba? Coba dijawab pertanyaan ini, 4 pertanyaan dari hadits Nabi:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ


Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanyakan tentang (4 perkara) :

1. Tentang umurnya dihabiskan untuk apa.

2. Tentang ilmunya diamalkan atau tidak.

3. Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan.

4. Tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.

(HR Imam At-Tirmidzi)


Perhatikan poin 3 !!


Riba dimulai dari kebodohan kita tentang harta.

✅ Tidak mengetahui darimana mendapatkan harta/modal

✅ Setelah didapat, tidak mengetahui kemana dan bagaimana mengelolanya.


Terkait dengan poin lainnya dalam hadis tersebut


✅ Untuk apa umur dihabiskan, apakah tidak sempat kita belajar tentang bagaimana uang bertumbuh dan darimana modal bersumber.


✅ Apakah tidak terdengar ada majelis majelis ilmu tentang muamalah. Tidak adakah guru/mentor/ustadz yang mengajarkan ilmu tentang uang.


✅ Dalam proses kerja menghasilkan uang, apakah maunya mudah dan instan ataukah lelah berproses secara organik.


Mengapa riba terjadi? Karena kita tidak mengetahui status harta yang dikeluarkan.


Setiap Harta yang dikeluarkan memiliki status yang berbeda dengan dampak yang berbeda pula.


Sebelum mengeluarkan harta/uang, pastikan dulu statusnya apa. Apakah salah satu diantara ini:

✅ Jual beli

✅ Investasi

✅ Utang piutang

✅ Titipan

✅ Hibah, infak sedekah

✅ Zakat


Jangan status tidak jelas atau dobel status supaya tidak masalah di ujungnya.

Misal: Dobel status antara investasi dan utang piutang. Bisa dipastikan berakhir dengan sengketa.


Kebodohan membuat kita tidak dapat membedakan hal yang benar dan salah, halal dan haram. Akhirnya, terkena riba. Terjerumus semakin dalam dan tidak mampu keluar dari riba selama kita masih dalam kebodohan tentang riba.


Taubat dari riba adalah taubat dari kebodohan. Bukan karena bangkrut kita baru taubat dari riba. Malah lebih parah lagi, sudah bangkrut masih bodoh pula.


Pada tulisan sebelum ini yang berjudul "ada yang lebih buruk dari riba," kita sudah menyebutkan dalil sebagai solusi utama hapus riba.


فَمَنْ جَآءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَا نْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَ ۗ وَاَ مْرُهٗۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَا دَ فَاُ ولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ


Barang siapa mendapat nasehat dan pengajaran (mauizhoh) dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)


Tanpa mauizhoh (nasehat dan pengajaran) kita tidak akan pernah bisa berhenti dari riba. Tanpa mauizhoh, yang ada hanya lah hasrat. Melakukan sesuatu karena pertimbangan hasrat, bukan karena pengetahuan.


Berhenti riba karena kita sudah mengetahui mengapa riba dilarang, apa akibatnya jika riba diteruskan. Pengetahuan menyebabkan kesadaran. Kesadaran melahirkan cinta. Cinta pada kebaikan dan benci pada keburukan.


Dua ayat berikut ini menjelaskan bahwa Rahmat dan ampunan Allah hanya lah bagi orang yang bertaubat dari kebodohannya.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْٓءَ بِجَهَا لَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُ ولٰٓئِكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

"Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 17)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَاِ ذَا جَآءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاٰ يٰتِنَا فَقُلْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۙ اَنَّهٗ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْٓءًا بِۢجَهَا لَةٍ ثُمَّ تَا بَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَ صْلَحَ ۙ فَاَ نَّهٗ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, "Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu)." Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."

(QS. Al-An'am 6: Ayat 54)


Solusi keilmuan menjadi program paling penting bagi pergerakan hapus riba.


Bersama Imam Masjid Raya Pondok Indah, Bapak KH Ramli.


Sedia madu murni, hutan dan ternak. WhatsApp 085887285189. Lihat katalog di sini atau klik gambar 







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersama Kita Kuat: Bukan Karena Bisa, Tapi Karena Mau

Model Hubungan Ketua dan Anggota

MASALAHNYA BUKAN PADA MASALAH